Sabtu, 12 November 2011

Jangan Anggap Enteng Jika Sikecil Suka Berkelahi !!!!

JANGAN anggap enteng jika melihat balita suka berkelahi. Bisa jadi, itu adalah bentuk kekecewaan mereka terhadap lingkungan atau pengaruh buruk tontonan di televisi.
Iwan masih berusia empat tahun, balita ini biasanya sabar dan sangat dekat dengan ibu dan ayahnya. Namun, dua bulan belakangan, segala kemanjaan dan kebaikan yang diperlihatkan Iwan selama ini seakan-akan meluntur. Si kecil yang dulu penurut, sekarang suka membentak bila ada yang tidak disukainya. Bahkan, Iwan tidak segan-segan berkelahi dengan teman-teman sebayanya di play group kalau merasa ada yang mengganggunya.
Perubahan total dari sikap Iwan, tentu saja menjadi kekhawatiran tersendiri bagi orangtuanya. Nasihat, segala larangan, juga hukuman, tidak satu pun bisa mencegahnya berkelahi. Bahkan, pada tingkat kesabaran yang telah habis, ibu dan ayah Iwan memarahinya, tapi tetap saja Iwan seakan-akan senang dan menikmati kebiasaan barunya itu.
Keluarga Iwan tentu saja bukan satu-satunya yang menghadapi balita yang suka berkelahi, gampang emosi dan tidak sabaran. Sikap anak yang tiba-tiba berubah tersebut telah menjadi kekhawatiran orangtua dengan anak yang masih balita di banyak rumah di Indonesia dan negara lain.
Sayangnya, masih banyak orangtua menganggap perubahan yang terjadi pada balita merupakan hal biasa. Padahal, gejala sering marah-marah, berkelahi ataupun sering berteriak bisa jadi merupakan gejala dari ketidakpuasan mereka terhadap sesuatu hal. Bisa saja buah hati Anda merasa tidak diperhatikan, diabaikan, atau si anak merasa tersisih dari pergaulan dia dengan teman-teman sebayanya.
“Pengaruh lingkungan yang buruk misalnya, anak melihat tetangga yang berkelahi atau orangtua bertengkar. Sifat dasar anak adalah meniru apa yang dilihat. Jadi jika dia suka marah, bisa jadi anak tengah menirukan seseorang yang pernah dilihatnya,” kata psikolog anak dari Klinik Happy Family di kompleks Kelapa Gading Jakarta, Dr Widjaya Kusnanto.
Ditambahkan Widjadja, anak balita belajar mengembangkan diri atau berusaha menunjukkan aktualisasi dirinya dengan meniru dari orang lain. Jadi kalau lingkungannya selalu berbicara dengan bahasa yang kasar, galak, dan judes, anak dengan mudah akan menirunya. Atau, bila tingkah laku tersebut tidak ditemukan di rumah, si anak bisa menirunya dari tayangan televisi.
“Jadi sebagai orangtua, jangan senang dulu kalau di rumah tidak ditemukan orang dewasa yang suka marahmarah atau kasar. Kalaupun tidak dari anggota keluarga, anak lebih cepat meniru dari tetangga ataupun acara televisi yang tidak cocok dengan usianya,” terangnya.
Namun sebagai orangtua tidak perlu terlalu khawatir atau cemas. Apalagi panik dengan sikap si balita yang suka marah atau bahkan gemar berkelahi. Karena di usia ini, perilaku anak yang kurang tepat masih bisa diluruskan. Tapi, orangtua tetap diminta waspada. Pasalnya, bila tak tertangani dengan baik, sikap ini akan terbawa sampai anak menjadi remaja dan dewasa. “Jika sudah demikian akan semakin sulit mengatasinya,” tambahnya.
Untuk mengatasi gejala suka marah, suka berkelahi ataupun selalu mendahulukan kepentingan pribadi kepada buah hati, Widjaya menyarankan orangtua untuk selalu memberikan contoh yang baik bagi mereka. Bagaimana bersikap, mengajarkan bagaimana mengekspresikan perasaan dengan tepat, dan memberikan gambaran yang baik tentang seorang anak baik.
“Bisa jadi sikap suka marah disebabkan anak tidak tahu bagaimana cara mengekspresikan perasaannya secara tepat. Pancing anak dengan pertanyaan apa yang dirasakannya dan tunjukkan bagaimana mengungkapkannya dengan benar,” papar psikolog anak tersebut.
Kewalahan menghadapi balita yang suka berkelahi, senang marah, dan gampang mengamuk ternyata sudah menjadi pengalaman ibu muda dengan dua putra di Jakarta, Winda Kusmalia.
Menurut Winda, setelah mengikuti sejumlah seminar tentang tingkah laku balita yang suka berkelahi, marah-marah, dan sering mogok makan saat keinginannya tidak dikabulkan, bisa diatasi dengan kesabaran dan ketelatenan orangtua.
“Satu hal yang saya syukuri hingga hari ini, saya pernah mengikuti seminar tentang perubahan sikap balita. Jadi sedikit banyak tahu bagaimana menghadapi balita yang (bersikap) demikian,” tambah Winda.
Bagi orangtua yang tidak mengikuti seminar ataupun pelatihan orangtua, Winda menyarankan agar melakukan pendekatan dengan anak dan jangan sekali-kali memarahi mereka bila berkelahi ataupun marah-marah. “Semakin orangtua marah, semakin tingkah laku anak tidak terkendali. Itu tidak bagus ketika mereka semakin remaja,” katanya lagi.
sumber: sindo – okezone.com

0 komentar: