This is default featured slide 1 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

Rabu, 14 Desember 2011

Jika Sayang Dengan Anak, Jangan Manjakan Anak Dengan Uang.

Sebut saja namanya Ani, dia adalah anak tunggal dari orang tua kaya raya. Dia mempunyai semuanya. Kolam renang, pakaian indah, boneka, hiasan kamar tidur dan masih banyak lagi. Sebuah hadiah terindah di acara ulang tahunnya, mungkin tidak semua anak dapat memilikinya. Jika ribuan anak menginginkan benda kesayangan, maka Ani adalah anak pertama yang memilikinya.
Di sisi lain, ada seorang anak yang memiliki orangtua yang biasa saja. Ayahnya seorang guru di sekolah menengah dan ibunya seorang ibu rumah tangga. Mereka tinggal dalam sebuah rumah bersama-sama. Mereka tidak pernah mempunyai masalah apapun, walaupun mereka tidak memiliki berton-ton uang berlimpah.
Tidak penting apakah Anda punya uang atau tidak atau bagaimana Anda memutuskan berapa banyak untuk dibelanjakan pada anak-anak Anda? Ini tidak selalu tentang kemampuan, tetapi apa yang benar.
Seringkali orang tua berpikir, bahwa mereka dapat membeli cinta anak-anak mereka atau menaikkan harga diri anak dengan membelikan mereka berbagai macam barang. Pada kenyataannya, ibarat sebuah makanan, orangtua hanya memberikan makanan sampai anak kenyang, namun tidak mempertimbangkan gizi di dalamnya. Benar, harga diri tidak diperoleh melalui rasa kemampuan akan harta, dan kebanyakan adalah bentuk pelarian tanggung jawab.
Secara tidak sadar Anda telah mengajarkan pada anak-anak dengan cara yang salah. Secara tidak langsung Anda juga telah mengajarkan mereka untuk melawan dasar kejujuran, disiplin diri, dan empati.
Ketika anak Anda memiliki rasa akan nilai uang, maka Anda akan kehilangan kesempatan mengajarkan mereka arti kehidupan dewasa kelak. Mereka tidak akan tahu pentingnya berbagai macam hal, misalnya, memberi, mendapatkan, menyimpan, merencanakan, dan mengeluarkan.
Anak hanya akan menjadi seseorang yang tidak dapat melakukan berbagai hal. Merasa frustrasi dalam kesulitan, bahkan untuk memecahkan masalah mereka sendiri. Bila ingin anak menjadi mandiri, independen, dan percaya akan kemampuan dirinya, maka Anda harus menyadari bahwa segala sesuatu tidak mudah di dapatkan. Biarkan anak mendapatkan apa yang mereka inginkan d dengan kemampuan mereka sendiri, bagaimana mereka menabung uang dan membeli barang kesukaanya.

Sumber : http://www.psikologizone.com/mengaku-sayang-jangan-manjakan-anak-dengan-uang/065113408

Buat Ibu Yang Akan Sebentar Lagi Melakukan Persalinan

Proses persalinan, kelahiran atau melahirkan bayi terjadi dalam tiga tahap. Bagi seseorang perempuan yang baru memiliki anak pertama, tahap pertama berlangsung kira-kira dua belas hingga dua puluh empat jam; inilah waktu yang paling lama dari ketiga tahap itu. Pada tahap pertama, kontraksi peranakan berlangsung lima belas hingga dua puluh menit pada permulaan dan berakhir hingga satu menit. Kontraksi ini penyebab leher rahim terentang dan terbuka.
Ketika tahap pertama berlangsung, kontraksi semakin sering, yang terjadi setiap 2 hingga 5 menit. Intensitasnya juga meningkat. Pada tahap pertama kelahiran, kontraksi memperlebar leher rahim hingga sekitar 4 inci sehingga bayi dapat bergerak dari peranakan ke saluran kelahiran.
Tahap kedua kelahiran mulai ketika kepala bayi mulai bergerak melalui leher rahim dan saluran kelahiran. Tahap ini berakhir ketika bayi benar-benar keluar dari tubuh ibu. Tahap ini berlangsung kira-kira satu setengah jam.
Pada setiap kontraksi, ibu mengalami kesakitan untuk mendorong bayi keluar dari tubuhnya. Pada waktu kepala bayi keluar dari tubuh ibu, kontraksi terjadi hampir setiap menit dan berlangsung kira-kira selama satu menit. Obat-obatan dapat digunakan untuk menghilangkan rasa sakit dan cemas untuk mempercepat melahirkan selama proses kelahiran.
Penggunaan obat-obatan ini tidak hanya berhenti sampai disini tetapi juga menjadi bahan perdebatan, beberapa dokter mengatakan bahwa obat-obatan ini dapat menyelamatkan hidup ibu atau mencegah bayi dari bahaya. Mereka juga menekankan bahwa penggunaan obat-obatan memungkinkan ibu beristirahat dengan baik dan lebih siap menjelang proses kelahiran.
Para kritikus berpendapat bahwa bayi lahir dari ibu yang memakan oxytocin (suatu hormon yang merangsang dan mengatur irama kontraksi untuk mempercepat kelahiran) cenderung mengalami penyakit kuning (jaudience); bahwa kelahiran yang dipaksakan memerlukan banyak obat-obatan pembunuh rasa sakit; dan akan semakin banyak perawatan kesehatan diperlukan setelah kelahiran, yang mengakibatkan pemisahan sementara bayi dan ibunya.
Tetapi dari sekian kontroversi yang terjadi, pada saat ini sudah semakin banyak ibu-ibu hamil yang memilih untuk melahirkan anak secara alamiah dengan persiapan yang lebih baik. Salah satunya untuk memperkecil penggunaan obat-obatan. Berbagai metode telah dilakukan untuk memberikan rasa yang nyaman baik pada saat melahirkan dan akan melahirkan.
Contohnya seperti dukungan orang-orang terdekat, melatih teknik pernafasan pada saat melahirkan, relaksasi seperti pijitan dan meditasi, penggunaan air hangat untuk kenyamanan, memberikan berbagai informasi terkait dengan proses kelahiran. Intinya adalah melahirkan bukanlah suatu penyakit yang harus ditakuti.
Setelah kelahiran ialah tahap ketiga; pada waktu inilah ari-ari, tali pusar, dan selaput lain dilepaskan dan dibuang. Tahap terakhir ini adalah yang paling pendek dari ketiga tahap kelahiran, yang berlangsung hanya beberapa menit.

Daftar Pustaka
Santrok, John W. 2002. Life Span Development: Perkembangan Masa Hidup, Edisi 5 Jilid 1. Jakarta: Erlangga